Apakah Flu Kucing itu?
Flu kucing adalah penyakit pada kucing yang biasanya disebabkan oleh infeksi
satu atau kombinasi beberapa virus dan bakteri.
Bagaimana cara penularan penyakit ini ke kucing lain ?
Flu kucing menyebar melalui air liur, cairan bersin/droplet yang mengandung
virus. Droplet ini tersebar melalui bersin, kontak langsung atau tidak langsung
melalui peralatan (tempat makanan, minuman, kandang, dsb) yang tercemar virus.
Kontak tidak langsung juga dapat terjadi melalui sentuhan manusia, oleh karena
itu cucilah tangan dengan sabun/antiseptik setelah memegang kucing sakit agar
tidak menulari kucing lain. Masa inkubasi penyakit ini dapat mencapai 3 minggu, artinya kucing bisa saja
tidak menunjukkan gejala sakit flu hingga 3 minggu sejak virus menyerang.
Selama 3 minggu tersebut kucing bisa saja menyebarkan virus, meskipun tidak
terlihat sakit.
Bagaimana tanda-tanda kucing terserang Flu ?
Gejala flu kucing diawali dengan bersin-bersin bekelanjutan, demam, nafsu makan
berkurang atau hilang sama sekali, lemah, lesu, diikuti dengan batuk, mata
merah dan berair. Tanda-tanda penyakit biasanya mulai berkurang setelah 7 hari
dan kembali ke kondisi semula dalam 2-3 minggu. Pada beberapa kasus, penyakit
ini dapat menyebabkan semacam sariawan pada mulut dan menyebabkan kucing
kesakitan bila makan.
Apakah Flu kucing menular pada manusia ?
Tidak. Virus flu pada kucing berbeda dengan virus flu yang menyerang
manusia, sehingga flu ini tidak menyerang manusia, tidak menular ke
manusia. Menularnya hanya ke kucing lain.
Apakah flu kucing dapat diobati ?
Sayangnya hingga saat ini belum ada obat untuk flu kucing. Segera temui dokter
hewan bila gejala penyakit ini terjadi pada kucing Anda. Pemberian obat-obatan
seperti antibiotik lebih bersifat mencegah infeksi sekunder yang disebabkan
oleh bakteri. Obat-obat lain yang diberikan biasanya bertujuan untuk mengurangi
gejala flu seperti menurunkan panas, melegakan pernafasan dan menghilangkan
lendir saluran pernafasan yang berlebihan. Selebihnya sangat tergantung pada
sistem kekebalan tubuh kucing itu sendiri. Pada kucing dengan kondisi dan gizi yang bagus, penyakit flu ini akan sembuh
sendiri dalam waktu 2-3 minggu. Meskipun kucing tidak mau makan, usahakan ada
makanan yang masuk ke dalam tubuh dengan cara disuapi, agar kucing tersebut
tetap mempunyai energi dan nutrisi yang baik untuk memerangi virus flu.
Perawatan kucing sakit
Konsultasikan dengan dokter hewan mengenai obat dan perawatan untuk kucing
anda.Isolasi kucing yang sakit, sebaiknya berbeda ruangan dengan kucing lain
yang sehat.Kurangsi stres pastikan ruangan berventilasi baik dengan sirkulasi
udara yang cukup. Berikan minum dan makanan yang cukup, suapi bila tidak mau
makan. Bersihkan kotoran pada hidung dan mata kucing. Obat-obatan yang diberikan biasanya tergantung gejala. Antibiotik diberikan
untuk mencegah infeksi sekunder akibat bakteri. Obat tetes atau salep mata
diberikan untuk mengurangi penyakit pada mata. Dekongestan diberikan untuk
mengurangi lendir berlebihan pada saluran pernafasan. Pemberian Lysin dapat
mengganggu perkembangbiakan (replikasi virus) dan dapat meningkatkan nafsu
makan serta mempercepat kesembuhan.
Bila kucing hamil terinfeksi.
Komplikasi pada saat bunting juga dapat terjadi seperti radang paru-paru pada
anak kucing, anak kucing lahir sakit dan keguguran (abortus).
Apakah Kucing yang terserang Flu dapat kembali sehat ?
Biasanya kucing yang terserang flu kembali sehat dalam beberapa minggu. Pada
beberapa kasus infeksi dan gejalanya berlangsung lebih lama, Kucing terlihat
selalu bersin-bersin dan pilek selama beberapa bulan. Hal ini dapat menyebabkan
kondisi kucing kurang baik dan mudah terserang penyakit lain.
Perlukah diberi vitamin atau suplemen ?
Vitamin dan suplemen dapat membantu meningkatkan kondisi dan sistem kekebalan
tubuh kucing yang sedang sakit. Konsultasikan dengan dokter hewan
vitamin/suplemen yang cocok beserta dosisnya.
Vaksinasi lebih bersifat pencegahan. Vaksinasi rutin tidak 100 % melindungi
kucing dari penyakit. Walaupun begitu, pada kucing yang rutin divaksinasi,
meskipun terserang flu biasanya tidak parah dan lebih cepat sembuh.
Pencegahan
Vaksinasi rutin untuk pencegahan dapat dilakukan untuk mencegah penyakit yang
parah. Kitten sebaiknya divaksinasi pada umur 8-10 minggu, kemudian diulang
pada umur 12-14 minggu, setelah itu baru diulang setiap tahun.
2. Chlamydiosis : Penyebab Gangguan Pernafasan, Mata Merah & Bengkak
Penyebaran & Penularan
Bakteri Chlamydia terdapat di seluruh dunia dan menyebabkan penyakit pada
sekitar 5 ¬ 10 % dari seluruh populasi kucing. Penyakit ini sering menyerang
kucing muda (kitten umur 2 ¬ 6 bulan), tempat penampungan hewan atau tempat
dengan populasi kucing lebih dari satu.Wabah sering terjadi pada pemeliharaan
kucing yang terlalu padat, nutrisi yang kurang baik dan tempat/kandang dengan
ventilasi yang kurang. Bakteri yang menyebabkan chlamydiosis menular ke kucing lain melalui cairan
pilek atau kotoran mata, penularan biasanya melalui beberapa cara sebagai
berikut :
Kontak dengan objek yang terkontaminasi bakteri seperti kandang, makanan,
tempat makan/minum, pakaian pemilik dan tangan pemilik.
- Kontak dengan mulut, hidung atau kotoran mata kucing yang terinfeksi.
- Bersin dan batuk yang bisa menyebarkan virus dalam radius 3.5 meter.
Tanda-tanda kucing sakit Chlamydiosis
Tanda-tanda penyakit ini baru muncul bila bakteri menyerang mata dan saluran
pernafasan. Tanda-tanda yang umum biasanya berupa :
- Kurang/hilangnya nafsu makan
- Batuk
- Sesak nafas atau kesulitan bernafas
- Demam
- Radang paru-paru (pada kitten umur 2-4 bulan dapat menyebabkan kematian)
- Hidung berwarna merah disertai pilek
- Bersin-bersin
- Mata merah, bengkak dan berair
Temui dokter hewan untuk memastikan penyakit ini menyerang kucing anda dan
mendapat obat yang sesuai. Penyakit ini dapat diobati dengan antibiotik
tetrasiklin. Mata yang sakit dapat diobati dengan salep mata yang mengandung
tetrasiklin. Umumnya pengobatan berlangsung selama beberapa minggu sampai 6
minggu tergantung keparahan penyakit. Selalu bersihkan mata dan hidung yang kotor, ini dapat mempercepat kesembuhan.
Suapi kucing bila nafsu makannya hilang. Kucing yang sakit harus diisolasi agar
penyakitnya tidak menulari kucing lain.
Pencegahan
Vaksinasi tidak harus selalu 100 % melindungi kucing, tetapi dapat mengurangi
keparahan Penyakit.
3. Feline Infectious Peritonitis
(FIP) :Radang Selaput Rongga Perut Kucing
FIP (Feline Infectious Peritonitis) adalah penyakit serius, hampir selalu berakibat kematian bagi kucing. Penyakit ini disebabkan oleh coronavirus (feline corona virus/FcoV), yaitu sejenis keluarga virus yang menyerang anjing dan babi dan beberapa spesies virus ini dapat menyerang manusia. Tetapi virus yang menyebabkan FIP pada kucing, tidak dapat menyerang manusia. Coronavirus yang relatif tidak berbahaya dan biasa menyerang kucing adalah Feline Enteric Coronavirus (FECV). FECV yang bermutasi menjadi virus ganas disebut Feline Infectious Peritonitis Virus (FIPV). Bila respon kekebalan tubuh kucing kurang baik, FECV yang bermutasi jadi FIPV ini dapat menyebabkan penyakit sistemik yang disebut Feline Infectious Peritonitis (FIP).
Bentuk Penyakit.
Penyakit ini bermanifestasi dalam dua bentuk : basah dan kering. Tipe basah
menyebabkan sekitar 60-70% dari keseluruhan kasus penyakit ini dan lebih ganas
dari tipe kering. Bentuk penyakit yang muncul sangat tergantung pada reaksi
kekebalan tubuh kucing. Bila kekebalan tubuh bereaksi cepat biasanya yang
muncul adalah tipe kering. Sebaliknya bila kekebalan tubuh lambat bereaksi,
maka tipe basah yang muncul. Bila respon kekebalan tubuh cukup kuat, gejala penyakit bisa tidak muncul.
Namun kucing dapat menjadi carrier dan dapat menularkan virus selama beberapa
tahun hingga kekebalan tubuhnya berkurang sedikit demi sedikit. Seiring dengan
berkurangnya kekebalan, penyakit akan semakin berkembang hingga timbul gejala
sakit dan akhirnya menyebabkan kematian.
Statistik Kejadian Penyakit.
Ada dua strain virus penyebab penyakit ini, yaitu FcoV–1 dan FcoV-2, sekitar 85
% penyakit FIP disebabkan oleh strain pertama. Kejadian penyakit FIP sekitar 1
% dari total kucing sakit yang dibawa ke dokter hewan untuk diobati. Penyakit ini biasa menyerang kucing, terutama kucing-kucing cattery penampungan
hewan, dimana terdapat sejumlah besar kucing dewasa & anakan hidup bersama.
Diperkirakan sekitar 10-20 % kucing pada tempat-tempat yang positif mengandung
FECV, terinfeksi FIP. Sekitar 2 % kasus penyakit terjadi pada pemeliharaan
kucing kurang dari tiga ekor.
Penularan Penyakit.
Kucing sehat tertular melalui kontak langsung dengan kucing yang terinfeksi
atau kotorannya (feces). Kucing yang terinfeksi menyebarkan virus melalui liur
dan feces. Penularan terutama terjadi melalui kontak feces dengan mulut,
lainnya melalui liur atau lendir saluran pernafasan. Virus FIP dapat bertahan hidup selama 2 – 3 minggu dengan suhu ruangan pada
permukaan kering, termasuk pada peralatan makan kucing, mainan, kotak kotoran
(litter), tempat tidur (bedding), pakaian kucing (clothing) atau rambut kucing.
Induk yang carrier dapat menularkan virus ke anaknya. Menurut para ahli, kucing jarang tertular virus FIP secara langsung. Sebagian
besar penyakit FIP yang terjadi diduga berasal dari mutasi FECV yang memang
banyak terdapat pada pencernaan kucing dan relatif tidak berbahaya.
Gejala.
Sebagian besar kucing yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala yang nyata,
tetapi sebenarnya virus tetap berkembang di dalam tubuh. Setelah kontak, virus
mulai berkembang di tenggorokan dan usus halus kucing. Kemudian pindah ke
paru-paru, perut dan menyebar diseluruh usus. Sekitar 1 – 10 hari kemudian
virus sudah dapat ditularkan ke kucing lain. Selama infeksi ini, gejala yang muncul bisa berupa bersin-bersin, mata berair,
lendir hidung yang berlebihan, diare, berat badan berkurang, lemah & lesu.
Gejala yang muncul bisa juga non spesifik seperti : hilang nafsu makan,
depresi, rambut kasar dan demam. Pada bentuk basah terjadi akumulasi cairan di rongga perut dan rongga dada,
menyebabkan menyebabkan pembengkakan daerah perut (biasanya tanpa rasa sakit)
disertai kesulitan bernafas. Pada bentuk kering, cairan yang menumpuk relatif sedikit dan gejala yang muncul
tergantung organ yang terinfeksi virus. Sekitar setengah dari kasus bentuk
kering, menunjukkan gejala radang mata atau gangguan syaraf seperti : lumpuh,
cara berjalan yang tidak stabil dan kejang-kejang. Gejala lainnya bisa berupa
gagal ginjal atau pembengkakan hati, depresi, anemia, berat badan berkurang
drastis, gangguan pankreas dan sering disertai demam. Gejala lain berupa
muntah, diare & icterus (warna kekuningan pada kulit dan selaput lendir).
Pengobatan.
Sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan penyakit ini. Pengobatan yang
ada masih berupa pengobatan suportif untuk mengurangi gejala dan mengurangi
rasa sakit kucing. Kucing yang sakit dapat bertahan hidup 1 minggu – 1 tahun
tergantung kekebalan tubuh dan keparahan penyakit.
Pencegahan.
Jaga kebersihan kandang & peralatan, dicuci dengan sabun, deterjen atau
desinfektan. Bahan yang murah meriah & cukup efektif adalah larutan
kaporit/pemutih + 3 %. Jaga kesehatan kucing dengan pemberian nutrisi yang
cukup dan baik. Vaksin FIP pertama digunakan tahun 1991 di USA. Sampai saat ini efektivitas
vaksin masih diperdebatkan.
4. Feline Panleucopenia : Penyebab Muntah dan Mencret pada Kucing
Bagaimana penyakit ini menular ?
Penyakit ini menular kontak langsung atau tidak langsung melalui air liur, air
kencing,muntah dan melalui kotoran kucing yang terinfeksi. Selain itu anak
kucing juga dapat tertular virus dari induknya, bila sang induk terserang virus
ini pada saat bunting. Virus panleucopenia dapat bertahan cukup lama di luar tubuh kucing. Sebagian
besar desinfektan tidak mampu membunuh virus ini. Oleh karena itu penularan
terbesar terjadi melalui kontak dengan kandang, lantai atau peralatan makan dan
minum kucing yang tercemar virus dan tidak dibersihkan dengan desinfektan yang
sesuai. Virus masuk ke tubuh kucing biasanya melalui mulut, berkembang di kelenjar
pertahanan di bagian mulut, lalu menyebar ke seluruh tubuh. Kemudian virus akan
berkembang di beberapa organ seperti kelenjar pertahanan seluruh tubuh, sumsum
tulang dan selaput lendir usus yang menyebabkan hancurnya usus.
Penyakit ini dapat menyebabkan anemia, muntah-muntah dan diare yang parah pada
kucing. Kadang-kadang perkembangan penyakit sedemikian cepat sehingga anak
kucing mati tiba-tiba sebelum pemiliknya sempat melihat tanda-tanda sakit.
Setelah diare dan muntah, biasanya diikuti dengan hilangnya nafsu makan yang
mengakibatkan dehidrasi dan kematian.
Apakah penyakit ini dapat diobati ?
Hingga saat ini belum ada obat yang dapat membunuh virus di dalam tubuh kucing.
Kesembuhan kucing sangat tergantung kekebalan tubuh kucing tersebut. Obat yang
diberikan hanya bertujuan mencegah infeksi lain yang disebabkan bakteri dan
meningkatkan kondisi tubuh kucing. Perawatan intensif diperlukan agar kucing
tetap makan dan memperoleh nutrisi yang cukup untuk melawan virus.
Bagaimana mencegah penyakit ini ?
Penyakit ini dapat dicegah dengan vaksinasi yang teratur. Anak kucing dapat
divaksinasi pada umur 8-10 minggu. Agar kekebalan yang terbentuk lebih terjamin
sebaiknya vaksinasi diulang 1 bulan kemudian. Setelah itu vaksinasi dianjurkan
diulang setiap tahun. Untuk kucing dewasa atau berumur lebih dari 6 bulan yang
belum pernah divaksinasi, vaksinasi bisa dilakukan tiap tahun.
Pada beberapa kasus, penyakit menyebabkan kerusakan usus yang sangat parah,
sehingga kucing yang sembuh mengalami kesulitan untuk menyerap nutrisi makanan.
Pada beberapa kasus lain kucing yang sembuh mengalami diare terus-menerus.
Kapan sebaiknya membawa kucing baru ke rumah ?
Anda baru saja kehilangan kucing yang mati akibat penyakit ini. Akan tiba
saatnya anda menginginkan penggantinya. Virus panleucopenia dapat bertahan
hingga 1 tahun di lingkungan. Akan lebih baik bila anda menunggu setidaknya 1
tahun sebelum membawa kucing baru ke rumah. Bila ingin lebih cepat, tunggulah
setidaknya 1 bulan sambil membersihkan kandang, peralatan makan, daerah yang
diduga tercemar virus, dll dengan desinfektan yang tepat. Lebih baik lagi
membawa kucing dewasa yang sudah di vaksinasi.
Desinfektan jenis apa yang dapat membunuh virus ini ?
Sebagian besar desinfektan rumahan yang dijual bebas di supermarket tidak dapat
membunuh virus ini. Carilah desinfektan khusus hewan di petshop-petshop atau
tempat lain yang mengandung bahan aktif golongan formaldehida atau Chlorin.
5. Feline Calicivirus : Gangguan Pernafasan, Sariawan, Sakit Persendian
Apa yang dimaksud dengan Calicivirus ?
Calicivirus termasuk salah satu penyebab gangguan pernafasan pada kucing.
Penyakit saluran pernafasan bisa disebabkan sekelompok virus dan bakteri
seperti Virus Feline Rhinotracheitis dan bakteri Chlamydia (sekarang
Chlamydophila). Penyakit-penyakit ini dapat menyebabkan pilek dan mata berair.
Calicivirus dan rhinotracheitis menyebabkan sekitar 85-90% dari seluruh
penyakit pernafasan pada kucing. Calicivirus tersebar di seluruh dunia dan dapat menyerang semua ras kucing.
Vaksinasi telah mengurangi kejadian dan keparahan gejala klinis penyakit ini. Calicivirus mempunyai beberapa strain, strain tertentu menyebabkan gejala yang
berbeda seperti luka (ulkus) pada telapak kaki dan mulut. Sebagian besar gejala
yang muncul biasanya suara menjadi serak, dan hilangnya nafsu makan.
Penyebaran virus.
Penyebaran virus ini ke kucing lainnya, biasanya dengan kontak melalui air
liur, cairan yang keluar dari hidung dan mata dan kadang kadang melalui kotoran
kucing yang terinfeksi. Virus ini tahan terhadap berbagai desinfektan dan dapat bertahan di luar tubuh
kucing hingga 8-10 hari. Banyak kucing yang telah sembuh tetap dapat menularkan
penyakit ini meskipun tidak menunjukkan gejala sakit.
Virus ini sering menyerang kucing muda (kitten), rumah/tempat dengan jumlah kucing
banyak dan tempat penampungan hewan. Wabah biasanya terjadi pada
kandang/populasi kucing yang padat, ventilasi kurang baik, kandang yang kurang
bersih, nutrisi kurang dan suhu lingkungan yang terlalu panas atau terlalu
dingin.
Tanda-Tanda kucing terserang calicivirus.
Penyakit ini berkembang secara cepat dan tiba-tiba. Kucing yang tadinya
terlihat sehat bisa saja besoknya terlihat lesu dan sakit. Tanda-tanda kucing sakit yang umum berupa bersin (tidak sebanyak Feline
Rhinotracheitis), batuk, pilek, cairan berlebih dari mata dan hidung. Luka
(ulkus) seperti sariawan pada hidung, mulut, lidah atau bibir yang menyebabkan
kucing tidak mau makan karena kesakitan saat mengunyah makanan. Kadang-kadang
ulkus juga terjadi di sela-sela cakar. Demam tinggi, sulit bernafas akibat
radang paru-paru (pneumonia).
Penanganan kucing sakit.
Konsultasikan penanganan dan obat yang tepat dengan dokter hewan anda. Isolasi
kucing yang sakit, jauhkan dari kucing lain, sebaiknya ditempatkan di ruangan
yang terpisah aliran udaranya dari kucing lain yang sehat. Beri makanan yang
lunak, suapi bila kucing tidak mau makan. Beri nutrisi yang baik, bersihkan
kotoran pada mata dan hidung. Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi
sekunder yang disebabkan oleh bakteri. Pada kasus penyakit yang berat
diperlukan rawat inap dan infus.
Pencegahan.
Satu-satunya cara pencegahan adalah vaksinasi kucing secara teratur setiap
tahun.Meskipun tidak 100 % melindungi kucing dari penyakit, namun kucing yang
sudah divaksinasi mempunyai kemungkinan sembuh yang lebih tinggi dan cepat.
6. Feline Immunodeficiency Virus : Menyerang Sistem Kekebalan Kucing
FIV terdapat diseluruh dunia dan sekitar 1,5 ¬ 3 % kucing di USA terinfeksi
penyakit ini. Dan sekitar 5% kucing yang positif FIV juga menderita penyakit
Feline Leukemia Virus (FeLV). Kucing yang sering berkeliaran di luar rumah mempunyai resiko terkena FIV lebih
tinggi dari pada kucing yang hidup di dalam rumah, begitu pula kucing jantan
yang agresif dan sering berkelahi lebih mudah terinfeksi.
FIV terutama ditularkan melalui luka gigitan. Induk bunting yang terinfeksi
juga dapat menulari anaknya pada saat masih di dalam rahim. FIV hanya menulari
kucing dan tidak dapat mempengaruhi manusia.
Apakah bisa disembuhkan ?
Sampai saat ini belum ditemukan obat yang benar-benar efektif melawan FIV. Umur
kucing yang terinfeksi FIV bervariasi tergantung kekebalan tubuh tiap individu.
Lebih dari 50 % kucing yang terinfeksi, tidak menunjukkan gejala sakit sedikit
pun selama beberapa tahun. Sekitar 20 % kucing yang terinfeksi FIV mati dalam
waktu 2 tahun. Pada umumnya kucing mati dalam waktu 4-6 tahun setelah virus
masuk dan menginfeksi tubuh.
Tindakan bagi kucing yang terinfeksi.
Karena tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini, seluruh tindakan
bertujuan mencegah infeksi sekunder lain dan mencegah penyebaran penyakit.
Kucing yang positif terinfeksi sebaiknya diisolasi dan jauhkan dari kucing
lain.
Pencegahan.
Sampai saat ini vaksin FIV belum ditemukan, oleh karena itu semua tindakan
pencegahan bertujuan mengurangi resiko penularan dengan cara : mengurangi sifat
agresif kucing jantan dengan kebiri, kandangkan kucing di dalam rumah, jaga
kebersihan dan kesehatan kucing dengan vaksinasi teratur dan nutrisi yang baik.
Jadwal Vaksinasi Kucing dan
Jadwal Booster

Kucing berumur 8-10 minggu
- Pemeriksaan umum
- Vaksinasi Tricat (Feline Panleucopenia, Rhinotracheitis,Calici) atau Tetracat (Tricat + Chlamydia)
- Pemberian Obat cacing
- Pemeriksaan umum
- Vaksinasi Ulangan Tricat (Feline Panleucopenia, Rhinotracheitis,Calici) Atau Tetracat (Tricat + Chlamydia)
- Pemeriksaan umum
- Vaksinasi Rabies
- Pemeriksaan umum
- Vaksinasi Tricat (Feline Panleucopenia, Rhinotracheitis,Calici) Atau Tetracat (Tricat + Chlamydia)
- Vaksinasi Rabies
Untuk kucing umur lebih dari 1 tahun yang belum pernah divaksin sama sekali,
vaksin tricat/tetracat 1 tahun sekali saja cukup, tidak perlu booster
(vaksinasi ulang) sebulan kemudian.
Untuk kucing dengan umum kurang dari 1 tahun yang belum pernah divaksin rabies,
bisa di vaksin rabies minimal setelah berumur 4 bulan, setelah vaksin tricat
pertama dan kedua diberikan (umumnya memberikan vaksin rabies pada kucing
setelah umur 6-7 bulan).
Perlunya vaksin ulang dengan jarak sekitar 1 bulan, khusus untuk anak kucing
umur kurang dari 6 bulan (<1 tahun), dikarenakan tingkat kekebalan kucing anakan
(umur kurang dari 6 bln) yang baru pertama kali di vaksin, setelah
divaksin, antibodi tidak dengan segera terbentuk dalam tubuh kucing.
Pada kucing yang sehat, baru mulai terjadi peningkatan jumlah antibodi 2-4
minggu setelah vaksinasi. Puncaknya terjadi beberapa minggu setelah kenaikan
tingkat kekebalannya dimulai, setelah itu tingkat kekebalannya akan berkurang
perlahan-lahan. Walaupun telah mencapai puncak, jumlah/titer antibodi yang
dihasilkan biasanya belum cukup untuk melindungi kucing dari penyakit. Oleh
karena itu perlu vaksin booster/ulangan sekitar 1 bulan setelah vaksin pertama.
Sesuai namanya booster (vaksin ulang) akan menyebabkan jumlah antibodi menjadi
lebih banyak dalam waktu yang relatif lebih cepat daripada vaksin pertama.
Antibodi yang terbentuk setelah vaksin kedua biasanya cukup untuk melindungi
kucing dari penyakit. Setelah mencapai puncak, secara perlahan-lahan jumlah
antibodi akan berkurang. Waktu berkurangnya antibodi yang dihasilkan setelah
vaksin ulangan biasanya jauh lebih lama daripada vaksin pertama.
Ada 2 alasan utama mengapa anak kucing perlu divaksin dua kali/booster :
- Pertama, sistem kekebalan aktif (yang berasal dari tubuh sendiri) belum kuat, sehingga antibodi yag dihasilkan dari vaksin pertama biasanya jumlahnya belum cukup.
- Kedua, anak kucing masih mempunyai kekebalan pasif (antibodi maternal) yang berasal dari induk.
Jadi jangan lupa, terhadap jadwal vaksinasinya, termasuk booster (vaksinasi
ulang)
7. Periodontal : Penyakit Pinggiran
Gigi Kucing
Perkembangan penyakit periodontal.
Bakteri dan sisa-sisa makanan tertinggal dan menumpuk disekitar perbatasan gigi
membentuk plak. Bila plak tidak segera dibersihkan, mineral dan senyawa yang
berasal dari air liur akan bereaksi dan menyebabkan plak menempel lebih kuat ke
pinggiran gigi dan membentuk tartar gigi dalam waktu 3-5 hari sejak plak
terbentuk. Tumpukan tartar dapat mengiritasi gusi dan menyebabkan peradangan pada gusi
(gingivitis). Radang gusi terlihat dari gusi yang berwarna merah tua di daerah
perbatasan dengan gigi. Tartar juga menyebabkan bau mulut yang tidak sedap.
Tartar berkembang membentuk Calculus/karang gigi, menumpuk di antara gigi dan
gusi dan merangsang perkembangan bakteri di daerah tersebut. Selain menyebabkan
radang gusi, bakteri bersama senyawa sisa-sisa bakteri dapat menyebabkan
rusaknya gigi. Pada tahap ini kerusakan bersifat permanen dan biasanya gigi
tidak dapat kembali normal seperti sedia kala. Keadaan ini disebut penyakit
periodontal dan bila tidak segera diatasi dapat berlanjut menjadi rasa sakit,
gigi longgar, abses dan infeksi yang menyebar ke seluruh badan. Lebih lanjut
lagi, tulang rahang bisa berlubang-lubang dan rusak.
Tanda-tanda penyakit periodontal.
Tanda-tanda penyakit periodontal.
Dalam perkembangan penyakit, beberapa gejala seperti berikut bisa saja muncul :
- Cairan/lelehan nanah disekitar gigi
- Nafas berbau busuk berkepanjangan
- Gusi yang mudah luka dan berdarah
- Daerah sekitar mulut sakit atau sensitif bila di pegang
- Mencakar-cakar daerah sekitar mulut
- Gusi yang bengkak, berwarna merah atau bentuknya tidak normal
- Gigi longgar atau lepas
- Hilangnya nafsu makan
- Gangguan pencernaan
- Air liur menetes
- Kesulitan mengunyah atau makan
Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi penyakit ini tergantung derajat
keparahan penyakit. Pada tahap awal, biasanya hanya diperlukan pembersihan karang gigi yang lazim
disebut Scalling. Scalling gigi kucing diakukan dengan kucing dalam keadaan
terbius total. Dianjurkan untuk melakukan scalling rutin 1-2 kali setiap tahunnya.
kucing tua atau mengalami gangguan ginjal/hati sebaiknya tidak dibius karena
berbahaya bagi kucing itu sendiri. Pada tingkatan lebih parah, diperlukan tindakan operasi seperti cabut gigi atau
membuang sebagian jaringan gusi yang sudah rusak parah (gingivectomy).
Pencegahan.
Apapun jenis makanan kucing, baik itu makanan basah/kalengan ataupun makanan
kering, gigi kucing perlu dibersihkan minimal 2 kali dalam seminggu. Scalling/pembersihan gigi rutin dapat dilakukan 1-2 kali dalam setahun. Dilakukan
oleh dokter hewan dalam keadaan kucing terbius total. Bagaimanapun juga sikat gigi rutin lebih baik untuk pencegahan daripada
scalling yang membutuhkan biaya relatif lebih banyak.
8.Penyakit Cacing pada Kucing
Cacing merupakan endoparasit
(parasit yang hidup dalam tubuh) yang dapat menyerang kucing, anjing, dan hewan
lainnya. Sebagian besar kucing yang terinfeksi tidak memperlihatkan gejala. Kucing
banyak makan tetapi tetap kurus atau perut buncit merupakan salah satu gejala
cacingan. Gejala lainnya bisa berupa adanya cacing berbentuk seperti lidi atau
pita tipis berwarna putih pada kotoran atau muntah kucing. Cacing dapat menyebabkan gangguan pencernaan, anemia, kekurangan gizi atau
komplikasi lainnya. Anak kucing yang baru lahir dapat tertular cacing dari
induknya. Anak kucing yang terserang cacingan dapat mengalami diare berkepanjangan,
terhambat pertumbuhannya atau mati karena kekurangan cairan (dehidrasi) dan
kekurangan gizi.
Sebagian besar cacing menular melalui telur yang biasanya terdapat pada kotoran
kucing. Beberapa jenis cacing dapat menular melalui pinjal (kutu kucing) atau
tikus. Ada 2 jenis cacing yang sering menyerang kucing, yaitu cacing gelang (gilig)
dan cacing pita.
- Sesuai dengan namanya cacing gelang berbentuk seperti batang berwarna putih atau krem dengan ekor dan kepala meruncing. Panjang cacing bervariasi mulai dari beberapa milimeter hingga puluhan centimeter.
- Cacing pita berbentuk seperti pita putih atau krem dengan diameter beberapa milimeter. Panjang cacing pita pada kucing bisa mencapai 70 cm.
Cacing-cacing di atas dapat
merugikan kucing dengan cara menghisap nutrisi makanan yang terdapat di usus
atau menggigit dinding usus dan menghisap darah yang terdapat di usus.
Luka-luka akibat gigitan cacing dapat menyebabkan infeksi pada dinding usus.
Beberapa jenis cacing hidup dan berkembang di pembuluh darah sehingga dapat
menyebar ke seluruh tubuh dan menyebabkan gangguan pada jantung, otak, hati
atau organ lain.
8.1. Cacing Pita : Perusak Usus dan
Pencuri Makanan
Pinjal Kucing adalah salah satu
parasit kucing yang dapat menyebarkan cacing pita. Segera basmi pinjal dan beri
obat cacing secara berkala. Kucing yang terkena serangan cacing pita biasanya jarang sekali menunjukkan
gejala sakit. Cacing dapat saja menyebabkan mencret, kadang-kadang disertai
bercak darah. Pada kasus yang parah dapat menyebabkan kurang gizi, kurus,
infeksi usus, dan gangguan pencernaan seperti usus tersumbat. Sekitar 1-60 %
dari seluruh populasi kucing terserang cacing ini. Oleh karena itu pencegahan
dengan pemberian obat cacing rutin adalah cara terbaik menghindari serangan cacing.
Cacing pita mempunyai kepala (scolex) dengan beberapa mulut penghisap yang
berfungsi menghisap darah dan zat-zat makanan yang terdapat di usus kucing. Di
kepala cacing pita terdapat rostellum, berbentuk seperti kikir bergerigi yang
berfungsi sebagai jangkar. Rostellum ini menancap di dinding usus kucing dan
menyebabkan luka pada usus kucing.
Badan cacing pita terdiri dari banyak segmen. Setiap segmen merupakan satu unit
reproduksi fungsional. Segmen paling dewasa terdapat di ekor cacing pita. Bila
telah matang segmen ini lepas dan mengeluarkan 5-30 telur cacing. Cacing pita
bisa melepaskan 1 segmen dewasa setiap hari.
Segmen cacing yang matang akan melepaskan diri dari induknya dan keluar melalui
kotoran. Dalam segmen ini terdapat telur cacing. Telur dalam segmen dapat
bertahan selama beberapa bulan di daerah yang kering. Segmen yang kering
berbentuk seperti butiran beras. Segmen/telur cacing jatuh ke lantai atau alas tempat tidur kucing. Telur pinjal
(kutu kucing) yang juga menetas di tempat yang sama akan menghasilkan larva,
larva tersebut akan memakan telur cacing. Dalam tubuh pinjal, telur cacing
berkembang menjadi cysticercoid. Cysticercoid akan berpindah ke tubuh kucing bila pinjal menggigit dan menghisap
darah kucing. Dalam tubuh kucing, cysticercoid akan berkembang menjadi cacing
pita dewasa dan kembali menghasilkan telur.
Pengobatan dan Pencegahan
Cacing pita hanya bisa dibasmi dengan obat cacing yang mengandung Prazyquantel,
dichlorphen atau febendanzole. Semua kucing harus diberi obat
cacing, bila pada salah satu kucing positif terdapat cacing pita. Semua kucing harus diberi obat
anti kutu, bila pada salah satu kucing positif terdapat pinjal. Berikan obat anti kutu dan obat
cacing secara rutin untuk pencegahan.
8.2. Cacing Gelang
Ada banyak spesies cacing gelang
yang dapat menyerang kucing. Yang paling sering adalah Toxascaris leonina dan
Toxocara cati. Cacing gelang berbentuk seperti tambang, dengan bagian ekor dan
kepala yang lebih kecil dari bagian perut. Cacing ini jarang menyebabkan penyakit yang parah pada kucing dewasa. Pada anak
kucing sering menyebabkan kurus tetapi perut buncit, kurang nutrisi dan mencret
(kadang disertai bercak darah). Pada beberapa kasus terjadi penumpukan sejumlah
besar cacing dan menyebabkan usus tersumbat.
Untuk mengetahui apakah kucing terserang cacing atau tidak, biasanya dengan
memeriksa contoh kotoran kucing di bawah mikroskop. Pemeriksaan ini biasa
dilakukan oleh dokter hewan. Pada kotoran kucing tersebut akan terlihat adanya
telur cacing. Terlepas ditemukan atau tidaknya telur cacing pada kotoran
kucing, pemberian obat cacing sebaiknya dilakukan secara rutin dan berkala. Sebagian besar cacing gelang
mempunyai siklus hidup yang mirip. Kebanyakan telur cacing menetas dalam waktu
dua minggu. Obat cacing membasmi cacing dengan cara merusak sistem syaraf
cacing. Obat cacing tidak bisa membasmi telur cacing karena telur tidak
mempunyai sistem syaraf. Oleh karena itu pemberian obat cacing harus diulang 2
minggu kemudian agar cacing yang berasal dari telur yang baru menetas dapat
segera dibasmi dengan tuntas. Kebanyakan cacing gelang dapat dibasmi oleh obat cacing yang mengandung bahan
aktif pyrantel, febendazole, mebendazole atau piperazine.
Tuntas Membasmi Cacing
Agar dapat dengan tuntas membasmi
cacing, diperlukan pengetahuan mengenai siklus hidup cacing dan cara obat
cacing bekerja. Cacing pita mempunyai siklus hidup dan cara penyebaran yang
berbeda dengan cacing gelang. Lihat cacing pita pada kucing dan cacing gelang
Cara Kerja Obat Cacing.
Sebagian besar obat cacing hanya dapat membasmi cacing dengan jalan merusak
sistem syaraf cacing. Obat cacing tidak membasmi telur cacing. Oleh karena itu,
pemberian obat cacing perlu diulang dalam jangka waktu tertentu agar cacing
yang baru menetas dari telur dapat segera dibasmi sebelum menjadi dewasa dan
menghasilkan telur cacing baru.
Jenis Obat Cacing Dan Targetnya.
Obat cacing yang mengandung bahan aktif pyrantel, febendazole, mebendazole dan
febantel hanya dapat merusak sistem syaraf cacing gelang. Obat-obat ini tidak
berpengaruh terhadap cacing pita. Obat lain yang sering digunakan untuk
membasmi kutu (pinjal) dan tungau (scabies, demodex, dll) adalah suntikan
ivermectin. Obat ini sering salah kaprah disebut "suntik jamur".
ivermectin juga dapat digunakan untuk membasmi cacing gelang, tetapi tidak
berpengaru terhadap cacing pita . Sedangkan cacing pita pada kucing hanya dapat
dibasmi dengan obat yang mengandung prazyquantel atau dichlorphen.
Obat Cacing Yang Terdapat Di Pasaran.
- Combantrin (pfizer) : mengandung bahan pyrantel, hanya dapat membasmi cacing gelang, dapat dibeli di apotik
- Vermox : mengandung bahan mebendazole, hanya dapat membasmi cacing gelang, dapat dibeli di apotik.
- Drontal Cat (bayer) : mengandung bahan pyrantel dan prazyquantel, Paling baik digunakan pada kucing, Dapat membasmi cacing pita dan cacing gelang, Bisa dibeli di petshop atau dokter hewan.
- Drontal Plus (bayer) : mengandung bahan prazyquantel, pyrantel dan febantel. Biasa digunakan pada anjing, bisa juga diberikan pada kucing (dosis disesuaikan). JANGAN diberikan pada kucing yang sedang bunting !. Febantel dapat menyebabkan cacat pada janin kucing.
Konsultasikan dosis masing-masing obat cacing pada dokter hewan terdekat.
Hindari sebisa mungkin memberikan obat cacing pada kucing bunting ( hamil).
Pemberian obat cacing sebaiknya dilakukan sebekum kucing kawin atau setelah
melahirkan.
Rekomendasi program rutin pemberian obat cacing (pencegahan).
- 2-4 kali setahun, setiap pemberian obat diulang dua minggu kemudian. Frekuensi pemberian tergantung kondisi kucing dan lingkungan. Kucing yang biasa bermain di kebun atau outdoor sebaiknya lebih sering diberi obat cacing.
- Selalu menjaga kebersihan litter (pasir kucing), ganti dengan yang baru. Usahakan satu kucing satu kotak pasir.
Rekomendasi program membasmi cacing pita D. caninum (bila kucing positif terinfeksi).
Cacing pita D. caninum dapat menyebar melalui gigitan pinjal (lihat cacing
pita). Oleh karena itu program pemberian obat cacing harus berjalan bersamaan
dengan program pembasmian pinjal kucing. Obati semua kucing yang berada dalam
satu ruangan (meskipun berbeda kandang), karena pinjal dapat pindah ke kucing
lain yang berbeda kandang. Pemberian obat cacing (drontal/prazyquantel) dilakukan bersamaan dengan obat
anti kutu seperti frontline cat spot on (obat tetes) atau suntikan ivermectin.
Dilakukan 2-3 kali berturut-turut dengan selang waktu 3-4 minggu.
Referensi :
- drh. Neno Waluyo S.
- Merck veterinary manual 7th edition
- Five minutes veterinary consult, Lipincott & Williams
- Five Minutes Veterinary Consult
- Vetstream Felis
- The Merck Veterinary Manual 7th ed
thanks, sangat bermanfaat. kucing kami lagi sakit flu sepertinya
ReplyDeleteKucingku abis di rawat inap karna radang gusi, akan tetapi setelah q bawa pulang dy masih malas makan. jadinya aq semakin khawatir nnt dy semakin lemas.
ReplyDeletetrus dy suka jilatin kelaminnya. kurang tahu kenapa, apakah dy lagi menstruasi atau bagaimana.. karna pas q lap pake tisu ada darahnya.
Tolong solusinya bagaimana
selain saya bawa kembali ke klinik apakah ada penanganan yang bisa saya lakukan sendiri