Cat Health: In Disease

1. Flu pada Kucing
Penyakit flu dapat terjadi pada kucing, terutama pada kucing yang belum divaksinasidan dapat menular kepada kucing lain. Penyakit ini jarang menyebabkan kematian pada kucing dewasa, namun dapat berakibat fatal bila menyerang anak kucing. Meskipun pada kucing dewasa jarang berakibat fatal, gejala-gejala penyakit seperti pilek dan bersin-bersin dapat berlangsung cukup lama. Oleh karena itu pencegahan dengan vaksinasi rutin merupakan tindakan terbaik. 


Apakah Flu Kucing itu? 

Flu kucing adalah penyakit pada kucing yang biasanya disebabkan oleh infeksi satu atau kombinasi beberapa virus dan bakteri. 



Bagaimana cara penularan penyakit ini ke kucing lain ? 

Flu kucing menyebar melalui air liur, cairan bersin/droplet yang mengandung virus. Droplet ini tersebar melalui bersin, kontak langsung atau tidak langsung melalui peralatan (tempat makanan, minuman, kandang, dsb) yang tercemar virus. Kontak tidak langsung juga dapat terjadi melalui sentuhan manusia, oleh karena itu cucilah tangan dengan sabun/antiseptik setelah memegang kucing sakit agar tidak menulari kucing lain.  Masa inkubasi penyakit ini dapat mencapai 3 minggu, artinya kucing bisa saja tidak menunjukkan gejala sakit flu hingga 3 minggu sejak virus menyerang. Selama 3 minggu tersebut kucing bisa saja menyebarkan virus, meskipun tidak terlihat sakit. 


Bagaimana tanda-tanda kucing terserang Flu ? 

Gejala flu kucing diawali dengan bersin-bersin bekelanjutan, demam, nafsu makan berkurang atau hilang sama sekali, lemah, lesu, diikuti dengan batuk, mata merah dan berair. Tanda-tanda penyakit biasanya mulai berkurang setelah 7 hari dan kembali ke kondisi semula dalam 2-3 minggu. Pada beberapa kasus, penyakit ini dapat menyebabkan semacam sariawan pada mulut dan menyebabkan kucing kesakitan bila makan. 



Apakah Flu kucing menular pada manusia ? 

Tidak. Virus flu pada kucing berbeda dengan virus flu yang menyerang manusia, sehingga flu ini tidak menyerang manusia, tidak menular ke manusia. Menularnya hanya ke kucing lain. 



Apakah flu kucing dapat diobati ? 

Sayangnya hingga saat ini belum ada obat untuk flu kucing. Segera temui dokter hewan bila gejala penyakit ini terjadi pada kucing Anda. Pemberian obat-obatan seperti antibiotik lebih bersifat mencegah infeksi sekunder yang disebabkan oleh bakteri. Obat-obat lain yang diberikan biasanya bertujuan untuk mengurangi gejala flu seperti menurunkan panas, melegakan pernafasan dan menghilangkan lendir saluran pernafasan yang berlebihan. Selebihnya sangat tergantung pada sistem kekebalan tubuh kucing itu sendiri. Pada kucing dengan kondisi dan gizi yang bagus, penyakit flu ini akan sembuh sendiri dalam waktu 2-3 minggu. Meskipun kucing tidak mau makan, usahakan ada makanan yang masuk ke dalam tubuh dengan cara disuapi, agar kucing tersebut tetap mempunyai energi dan nutrisi yang baik untuk memerangi virus flu. 


Perawatan kucing sakit 

Konsultasikan dengan dokter hewan mengenai obat dan perawatan untuk kucing anda.Isolasi kucing yang sakit, sebaiknya berbeda ruangan dengan kucing lain yang sehat.Kurangsi stres pastikan ruangan berventilasi baik dengan sirkulasi udara yang cukup. Berikan minum dan makanan yang cukup, suapi bila tidak mau makan. Bersihkan kotoran pada hidung dan mata kucing. Obat-obatan yang diberikan biasanya tergantung gejala. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi sekunder akibat bakteri. Obat tetes atau salep mata diberikan untuk mengurangi penyakit pada mata. Dekongestan diberikan untuk mengurangi lendir berlebihan pada saluran pernafasan. Pemberian Lysin dapat mengganggu perkembangbiakan (replikasi virus) dan dapat meningkatkan nafsu makan serta mempercepat kesembuhan. 


Bila kucing hamil terinfeksi. 

Komplikasi pada saat bunting juga dapat terjadi seperti radang paru-paru pada anak kucing, anak kucing lahir sakit dan keguguran (abortus). 



Apakah Kucing yang terserang Flu dapat kembali sehat ? 

Biasanya kucing yang terserang flu kembali sehat dalam beberapa minggu. Pada beberapa kasus infeksi dan gejalanya berlangsung lebih lama, Kucing terlihat selalu bersin-bersin dan pilek selama beberapa bulan. Hal ini dapat menyebabkan kondisi kucing kurang baik dan mudah terserang penyakit lain. 



Perlukah diberi vitamin atau suplemen ? 

Vitamin dan suplemen dapat membantu meningkatkan kondisi dan sistem kekebalan tubuh kucing yang sedang sakit. Konsultasikan dengan dokter hewan vitamin/suplemen yang cocok beserta dosisnya. 


Apakah Vaksinasi dapat menyembuhkan kucing yang sakit flu ? 

Vaksinasi lebih bersifat pencegahan. Vaksinasi rutin tidak 100 % melindungi kucing dari penyakit. Walaupun begitu, pada kucing yang rutin divaksinasi, meskipun terserang flu biasanya tidak parah dan lebih cepat sembuh. 


Pencegahan 

Vaksinasi rutin untuk pencegahan dapat dilakukan untuk mencegah penyakit yang parah. Kitten sebaiknya divaksinasi pada umur 8-10 minggu, kemudian diulang pada umur 12-14 minggu, setelah itu baru diulang setiap tahun. 



2. Chlamydiosis : Penyebab Gangguan Pernafasan, Mata Merah & Bengkak

Feline chlamydiosis, dikenal juga dengan sebutan feline pneumonitis (Radang paru-paru pada kucing), biasanya menyebabkan gangguan saluran pernafasan bagian atas yang relatif ringan tetapi kronis (lama). Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Chlamydia psitacii. Tanda-tanda utama penyakit ini biasanya radang/sakit pada mata, disertai cairan kotoran mata berlebihan. Infeksi ini menyebabkan juga pilek, bersin dan kesulitan bernafas yant disebabkan radang paru-paru. Bila tidak diobati, infeksi bisa menjadi kronis, berlangsung selama beberapa minggu hingga beberapa bulan. Selain Chlamydia, virus feline rhinotracheitis dan feline calicivirus termasuk organisme yang menyebabkan penyakit gangguan pernafasan bagian atas pada kucing. Chlamydia menyebabkan sekitar 10-15 % dari total kasus gangguan pernafasan pada kucing. 



Penyebaran & Penularan 

Bakteri Chlamydia terdapat di seluruh dunia dan menyebabkan penyakit pada sekitar 5 ¬ 10 % dari seluruh populasi kucing. Penyakit ini sering menyerang kucing muda (kitten umur 2 ¬ 6 bulan), tempat penampungan hewan atau tempat dengan populasi kucing lebih dari satu.Wabah sering terjadi pada pemeliharaan kucing yang terlalu padat, nutrisi yang kurang baik dan tempat/kandang dengan ventilasi yang kurang. Bakteri yang menyebabkan chlamydiosis menular ke kucing lain melalui cairan pilek atau kotoran mata, penularan biasanya melalui beberapa cara sebagai berikut : 



Kontak dengan objek yang terkontaminasi bakteri seperti kandang, makanan, tempat makan/minum, pakaian pemilik dan tangan pemilik. 

  • Kontak dengan mulut, hidung atau kotoran mata kucing yang terinfeksi. 
  • Bersin dan batuk yang bisa menyebarkan virus dalam radius 3.5 meter. 

Tanda-tanda kucing sakit Chlamydiosis 

Tanda-tanda penyakit ini baru muncul bila bakteri menyerang mata dan saluran pernafasan. Tanda-tanda yang umum biasanya berupa : 

  • Kurang/hilangnya nafsu makan
  • Batuk
  • Sesak nafas atau kesulitan bernafas
  • Demam
  • Radang paru-paru (pada kitten umur 2-4 bulan dapat menyebabkan kematian)
  • Hidung berwarna merah disertai pilek
  • Bersin-bersin
  • Mata merah, bengkak dan berair
Perawatan & pengobatan 

Temui dokter hewan untuk memastikan penyakit ini menyerang kucing anda dan mendapat obat yang sesuai. Penyakit ini dapat diobati dengan antibiotik tetrasiklin. Mata yang sakit dapat diobati dengan salep mata yang mengandung tetrasiklin. Umumnya pengobatan berlangsung selama beberapa minggu sampai 6 minggu tergantung keparahan penyakit. Selalu bersihkan mata dan hidung yang kotor, ini dapat mempercepat kesembuhan. Suapi kucing bila nafsu makannya hilang. Kucing yang sakit harus diisolasi agar penyakitnya tidak menulari kucing lain. 



Pencegahan 

Vaksinasi tidak harus selalu 100 % melindungi kucing, tetapi dapat mengurangi keparahan Penyakit.


3. Feline Infectious Peritonitis (FIP) :Radang Selaput Rongga Perut Kucing


FIP (Feline Infectious Peritonitis) adalah penyakit serius, hampir selalu berakibat kematian bagi kucing. Penyakit ini disebabkan oleh coronavirus (feline corona virus/FcoV), yaitu sejenis keluarga virus yang menyerang anjing dan babi dan beberapa spesies virus ini dapat menyerang manusia. Tetapi virus yang menyebabkan FIP pada kucing, tidak dapat menyerang manusia. Coronavirus yang relatif tidak berbahaya dan biasa menyerang kucing adalah Feline Enteric Coronavirus (FECV). FECV yang bermutasi menjadi virus ganas disebut Feline Infectious Peritonitis Virus (FIPV). Bila respon kekebalan tubuh kucing kurang baik, FECV yang bermutasi jadi FIPV ini dapat menyebabkan penyakit sistemik yang disebut Feline Infectious Peritonitis (FIP). 



Bentuk Penyakit. 

Penyakit ini bermanifestasi dalam dua bentuk : basah dan kering. Tipe basah menyebabkan sekitar 60-70% dari keseluruhan kasus penyakit ini dan lebih ganas dari tipe kering. Bentuk penyakit yang muncul sangat tergantung pada reaksi kekebalan tubuh kucing. Bila kekebalan tubuh bereaksi cepat biasanya yang muncul adalah tipe kering. Sebaliknya bila kekebalan tubuh lambat bereaksi, maka tipe basah yang muncul. Bila respon kekebalan tubuh cukup kuat, gejala penyakit bisa tidak muncul. Namun kucing dapat menjadi carrier dan dapat menularkan virus selama beberapa tahun hingga kekebalan tubuhnya berkurang sedikit demi sedikit. Seiring dengan berkurangnya kekebalan, penyakit akan semakin berkembang hingga timbul gejala sakit dan akhirnya menyebabkan kematian. 


Statistik Kejadian Penyakit. 

Ada dua strain virus penyebab penyakit ini, yaitu FcoV–1 dan FcoV-2, sekitar 85 % penyakit FIP disebabkan oleh strain pertama. Kejadian penyakit FIP sekitar 1 % dari total kucing sakit yang dibawa ke dokter hewan untuk diobati. Penyakit ini biasa menyerang kucing, terutama kucing-kucing cattery penampungan hewan, dimana terdapat sejumlah besar kucing dewasa & anakan hidup bersama. Diperkirakan sekitar 10-20 % kucing pada tempat-tempat yang positif mengandung FECV, terinfeksi FIP. Sekitar 2 % kasus penyakit terjadi pada pemeliharaan kucing kurang dari tiga ekor. 



Penularan Penyakit. 

Kucing sehat tertular melalui kontak langsung dengan kucing yang terinfeksi atau kotorannya (feces). Kucing yang terinfeksi menyebarkan virus melalui liur dan feces. Penularan terutama terjadi melalui kontak feces dengan mulut, lainnya melalui liur atau lendir saluran pernafasan. Virus FIP dapat bertahan hidup selama 2 – 3 minggu dengan suhu ruangan pada permukaan kering, termasuk pada peralatan makan kucing, mainan, kotak kotoran (litter), tempat tidur (bedding), pakaian kucing (clothing) atau rambut kucing. Induk yang carrier dapat menularkan virus ke anaknya. Menurut para ahli, kucing jarang tertular virus FIP secara langsung. Sebagian besar penyakit FIP yang terjadi diduga berasal dari mutasi FECV yang memang banyak terdapat pada pencernaan kucing dan relatif tidak berbahaya. 



Gejala. 

Sebagian besar kucing yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala yang nyata, tetapi sebenarnya virus tetap berkembang di dalam tubuh. Setelah kontak, virus mulai berkembang di tenggorokan dan usus halus kucing. Kemudian pindah ke paru-paru, perut dan menyebar diseluruh usus. Sekitar 1 – 10 hari kemudian virus sudah dapat ditularkan ke kucing lain. Selama infeksi ini, gejala yang muncul bisa berupa bersin-bersin, mata berair, lendir hidung yang berlebihan, diare, berat badan berkurang, lemah & lesu. Gejala yang muncul bisa juga non spesifik seperti : hilang nafsu makan, depresi, rambut kasar dan demam. Pada bentuk basah terjadi akumulasi cairan di rongga perut dan rongga dada, menyebabkan menyebabkan pembengkakan daerah perut (biasanya tanpa rasa sakit) disertai kesulitan bernafas. Pada bentuk kering, cairan yang menumpuk relatif sedikit dan gejala yang muncul tergantung organ yang terinfeksi virus. Sekitar setengah dari kasus bentuk kering, menunjukkan gejala radang mata atau gangguan syaraf seperti : lumpuh, cara berjalan yang tidak stabil dan kejang-kejang. Gejala lainnya bisa berupa gagal ginjal atau pembengkakan hati, depresi, anemia, berat badan berkurang drastis, gangguan pankreas dan sering disertai demam. Gejala lain berupa muntah, diare & icterus (warna kekuningan pada kulit dan selaput lendir). 


Pengobatan. 

Sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan penyakit ini. Pengobatan yang ada masih berupa pengobatan suportif untuk mengurangi gejala dan mengurangi rasa sakit kucing. Kucing yang sakit dapat bertahan hidup 1 minggu – 1 tahun tergantung kekebalan tubuh dan keparahan penyakit. 


Pencegahan. 

Jaga kebersihan kandang & peralatan, dicuci dengan sabun, deterjen atau desinfektan. Bahan yang murah meriah & cukup efektif adalah larutan kaporit/pemutih + 3 %. Jaga kesehatan kucing dengan pemberian nutrisi yang cukup dan baik.  Vaksin FIP pertama digunakan tahun 1991 di USA. Sampai saat ini efektivitas vaksin masih diperdebatkan.


4. Feline Panleucopenia : Penyebab Muntah dan Mencret pada Kucing

Penyakit ini disebut juga Feline Parvovirus, Feline Infectous Enteritis/FIE (radang usus menular). Panleucopenia adalah penyakit serius yang cukup berbahaya pada kucing. Penyakit ini diakibatkan oleh virus. Angka kematian berkisar 25% - 85% pada kucing yang belum divaksinasi. Penyakit mudah menular ke kucing lain, tetapi tidak menular pada manusia dan anjing. 


Bagaimana penyakit ini menular ? 

Penyakit ini menular kontak langsung atau tidak langsung melalui air liur, air kencing,muntah dan melalui kotoran kucing yang terinfeksi. Selain itu anak kucing juga dapat tertular virus dari induknya, bila sang induk terserang virus ini pada saat bunting. Virus panleucopenia dapat bertahan cukup lama di luar tubuh kucing. Sebagian besar desinfektan tidak mampu membunuh virus ini. Oleh karena itu penularan terbesar terjadi melalui kontak dengan kandang, lantai atau peralatan makan dan minum kucing yang tercemar virus dan tidak dibersihkan dengan desinfektan yang sesuai. Virus masuk ke tubuh kucing biasanya melalui mulut, berkembang di kelenjar pertahanan di bagian mulut, lalu menyebar ke seluruh tubuh. Kemudian virus akan berkembang di beberapa organ seperti kelenjar pertahanan seluruh tubuh, sumsum tulang dan selaput lendir usus yang menyebabkan hancurnya usus. 



Bagaimana tanda-tanda kucing terkena penyakit ini ? 

Penyakit ini dapat menyebabkan anemia, muntah-muntah dan diare yang parah pada kucing. Kadang-kadang perkembangan penyakit sedemikian cepat sehingga anak kucing mati tiba-tiba sebelum pemiliknya sempat melihat tanda-tanda sakit. Setelah diare dan muntah, biasanya diikuti dengan hilangnya nafsu makan yang mengakibatkan dehidrasi dan kematian.



Apakah penyakit ini dapat diobati ? 

Hingga saat ini belum ada obat yang dapat membunuh virus di dalam tubuh kucing. Kesembuhan kucing sangat tergantung kekebalan tubuh kucing tersebut. Obat yang diberikan hanya bertujuan mencegah infeksi lain yang disebabkan bakteri dan meningkatkan kondisi tubuh kucing. Perawatan intensif diperlukan agar kucing tetap makan dan memperoleh nutrisi yang cukup untuk melawan virus. 



Bagaimana mencegah penyakit ini ? 

Penyakit ini dapat dicegah dengan vaksinasi yang teratur. Anak kucing dapat divaksinasi pada umur 8-10 minggu. Agar kekebalan yang terbentuk lebih terjamin sebaiknya vaksinasi diulang 1 bulan kemudian. Setelah itu vaksinasi dianjurkan diulang setiap tahun. Untuk kucing dewasa atau berumur lebih dari 6 bulan yang belum pernah divaksinasi, vaksinasi bisa dilakukan tiap tahun. 



Bagaimana akibat jangka panjang penyakit ini ? 

Pada beberapa kasus, penyakit menyebabkan kerusakan usus yang sangat parah, sehingga kucing yang sembuh mengalami kesulitan untuk menyerap nutrisi makanan. Pada beberapa kasus lain kucing yang sembuh mengalami diare terus-menerus. 



Kapan sebaiknya membawa kucing baru ke rumah ? 

Anda baru saja kehilangan kucing yang mati akibat penyakit ini. Akan tiba saatnya anda menginginkan penggantinya. Virus panleucopenia dapat bertahan hingga 1 tahun di lingkungan. Akan lebih baik bila anda menunggu setidaknya 1 tahun sebelum membawa kucing baru ke rumah. Bila ingin lebih cepat, tunggulah setidaknya 1 bulan sambil membersihkan kandang, peralatan makan, daerah yang diduga tercemar virus, dll dengan desinfektan yang tepat. Lebih baik lagi membawa kucing dewasa yang sudah di vaksinasi. 



Desinfektan jenis apa yang dapat membunuh virus ini ? 

Sebagian besar desinfektan rumahan yang dijual bebas di supermarket tidak dapat membunuh virus ini. Carilah desinfektan khusus hewan di petshop-petshop atau tempat lain yang mengandung bahan aktif golongan formaldehida atau Chlorin.



5. Feline Calicivirus : Gangguan Pernafasan, Sariawan, Sakit Persendian

Feline Calicivirus, penyakit ini biasa menyerang kucing, menyebabkan gangguan pernafasan, luka sekitar bibir dan mulut seperti sariawan (ulkus oral), kadang disertai sakit persendian. Penyakit ini menyebabkan flu yang agak berat tetapi jarang menyebabkan komplikasi serius.


Apa yang dimaksud dengan Calicivirus ? 

Calicivirus termasuk salah satu penyebab gangguan pernafasan pada kucing. Penyakit saluran pernafasan bisa disebabkan sekelompok virus dan bakteri seperti Virus Feline Rhinotracheitis dan bakteri Chlamydia (sekarang Chlamydophila). Penyakit-penyakit ini dapat menyebabkan pilek dan mata berair. Calicivirus dan rhinotracheitis menyebabkan sekitar 85-90% dari seluruh penyakit pernafasan pada kucing. Calicivirus tersebar di seluruh dunia dan dapat menyerang semua ras kucing. Vaksinasi telah mengurangi kejadian dan keparahan gejala klinis penyakit ini. Calicivirus mempunyai beberapa strain, strain tertentu menyebabkan gejala yang berbeda seperti luka (ulkus) pada telapak kaki dan mulut. Sebagian besar gejala yang muncul biasanya suara menjadi serak, dan hilangnya nafsu makan. 



Penyebaran virus. 

Penyebaran virus ini ke kucing lainnya, biasanya dengan kontak melalui air liur, cairan yang keluar dari hidung dan mata dan kadang kadang melalui kotoran kucing yang terinfeksi. Virus ini tahan terhadap berbagai desinfektan dan dapat bertahan di luar tubuh kucing hingga 8-10 hari. Banyak kucing yang telah sembuh tetap dapat menularkan penyakit ini meskipun tidak menunjukkan gejala sakit. 



Virus ini sering menyerang kucing muda (kitten), rumah/tempat dengan jumlah kucing banyak dan tempat penampungan hewan. Wabah biasanya terjadi pada kandang/populasi kucing yang padat, ventilasi kurang baik, kandang yang kurang bersih, nutrisi kurang dan suhu lingkungan yang terlalu panas atau terlalu dingin. 



Tanda-Tanda kucing terserang calicivirus. 

Penyakit ini berkembang secara cepat dan tiba-tiba. Kucing yang tadinya terlihat sehat bisa saja besoknya terlihat lesu dan sakit. Tanda-tanda kucing sakit yang umum berupa bersin (tidak sebanyak Feline Rhinotracheitis), batuk, pilek, cairan berlebih dari mata dan hidung. Luka (ulkus) seperti sariawan pada hidung, mulut, lidah atau bibir yang menyebabkan kucing tidak mau makan karena kesakitan saat mengunyah makanan. Kadang-kadang ulkus juga terjadi di sela-sela cakar. Demam tinggi, sulit bernafas akibat radang paru-paru (pneumonia). 



Penanganan kucing sakit. 

Konsultasikan penanganan dan obat yang tepat dengan dokter hewan anda. Isolasi kucing yang sakit, jauhkan dari kucing lain, sebaiknya ditempatkan di ruangan yang terpisah aliran udaranya dari kucing lain yang sehat. Beri makanan yang lunak, suapi bila kucing tidak mau makan. Beri nutrisi yang baik, bersihkan kotoran pada mata dan hidung. Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder yang disebabkan oleh bakteri. Pada kasus penyakit yang berat diperlukan rawat inap dan infus. 



Pencegahan. 

Satu-satunya cara pencegahan adalah vaksinasi kucing secara teratur setiap tahun.Meskipun tidak 100 % melindungi kucing dari penyakit, namun kucing yang sudah divaksinasi mempunyai kemungkinan sembuh yang lebih tinggi dan cepat. 



6. Feline Immunodeficiency Virus : Menyerang Sistem Kekebalan Kucing

Feline Immunodeficiency Virus (FIV) yang menyebabkan berbagai penyakit akibat hilangnya atau berkurangnya kekebalan tubuh pada kucing. Manusia tidak dapat tertular FIV dari kucing, namun kucing dapat tertular FIV tersebut dari kucing lainnya. Sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan kucing yang positif terkena FIV. Namun kucing yang terinfeksi FIV masih dapat hidup bertahun-tahun hingga sedikit-demi sedikit kekebalan tubuhnya melemah dan akhirnya mati karena berbagai penyakit. 



FIV terdapat diseluruh dunia dan sekitar 1,5 ¬ 3 % kucing di USA terinfeksi penyakit ini. Dan sekitar 5% kucing yang positif FIV juga menderita penyakit Feline Leukemia Virus (FeLV). Kucing yang sering berkeliaran di luar rumah mempunyai resiko terkena FIV lebih tinggi dari pada kucing yang hidup di dalam rumah, begitu pula kucing jantan yang agresif dan sering berkelahi lebih mudah terinfeksi. 



Penularan Penyakit. 

FIV terutama ditularkan melalui luka gigitan. Induk bunting yang terinfeksi juga dapat menulari anaknya pada saat masih di dalam rahim. FIV hanya menulari kucing dan tidak dapat mempengaruhi manusia. 



Apakah bisa disembuhkan ? 

Sampai saat ini belum ditemukan obat yang benar-benar efektif melawan FIV. Umur kucing yang terinfeksi FIV bervariasi tergantung kekebalan tubuh tiap individu. Lebih dari 50 % kucing yang terinfeksi, tidak menunjukkan gejala sakit sedikit pun selama beberapa tahun. Sekitar 20 % kucing yang terinfeksi FIV mati dalam waktu 2 tahun. Pada umumnya kucing mati dalam waktu 4-6 tahun setelah virus masuk dan menginfeksi tubuh. 



Tindakan bagi kucing yang terinfeksi. 

Karena tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini, seluruh tindakan bertujuan mencegah infeksi sekunder lain dan mencegah penyebaran penyakit. Kucing yang positif terinfeksi sebaiknya diisolasi dan jauhkan dari kucing lain. 



Pencegahan. 

Sampai saat ini vaksin FIV belum ditemukan, oleh karena itu semua tindakan pencegahan bertujuan mengurangi resiko penularan dengan cara : mengurangi sifat agresif kucing jantan dengan kebiri, kandangkan kucing di dalam rumah, jaga kebersihan dan kesehatan kucing dengan vaksinasi teratur dan nutrisi yang baik. 


Jadwal Vaksinasi Kucing dan Jadwal Booster
Pemilik kucing wajib mengetahui jadwal vaksinasi kucing kesayangannya, dan jadwal booster-nya (Vaksin kedua/ulangan sering disebut booster). Berikut ini adalah jadwal vaksinasi kucing yang wajib diketahui dan dilakukan sesuai dengan usia/umur kucing tersebut. 

Kucing berumur 8-10 minggu

  • Pemeriksaan umum
  • Vaksinasi Tricat (Feline Panleucopenia, Rhinotracheitis,Calici) atau Tetracat (Tricat + Chlamydia)
  • Pemberian Obat cacing
Kucing berumur 12-14 minggu

  • Pemeriksaan umum
  • Vaksinasi Ulangan Tricat (Feline Panleucopenia, Rhinotracheitis,Calici) Atau Tetracat (Tricat + Chlamydia)
Kucing berumur 20 minggu

  • Pemeriksaan umum
  • Vaksinasi Rabies
Khusus kucing berumur lebih dari 6 bulan yang belum pernah di vaksin sekalipun.

  • Pemeriksaan umum
  • Vaksinasi Tricat (Feline Panleucopenia, Rhinotracheitis,Calici) Atau Tetracat (Tricat + Chlamydia)
  • Vaksinasi Rabies
Selanjutnya vaksinasi dianjurkan diulang setiap tahunnya untuk menjaga kandungan/titer antibodi dan kekebalan tetap tinggi. 


Kucing kecil umur kurang dari 6 bulan divaksin tricat 2 kali dengan jarak sekitar 1 bulan. Ini adalah anjuran minimal. Berdasarkan kondisi beberapa tahun belakangan yang kekebalannya cenderung menjadi menurun. Maka untuk kucing umur 6 bulan - 1 tahun yang baru pertama kali vaksin, vaksin sekali saja tidak cukup, sehingga perlu divaksinasi ulang (booster). 



Untuk kucing umur lebih dari 1 tahun yang belum pernah divaksin sama sekali, vaksin tricat/tetracat 1 tahun sekali saja cukup, tidak perlu booster (vaksinasi ulang) sebulan kemudian. 


Untuk kucing dengan umum kurang dari 1 tahun yang belum pernah divaksin rabies, bisa di vaksin rabies minimal setelah berumur 4 bulan, setelah vaksin tricat pertama dan kedua diberikan (umumnya memberikan vaksin rabies pada kucing setelah umur 6-7 bulan). 

Perlunya vaksin ulang dengan jarak sekitar 1 bulan, khusus untuk anak kucing umur kurang dari 6 bulan (<1 tahun), dikarenakan tingkat kekebalan kucing anakan (umur kurang dari 6 bln) yang baru pertama kali di vaksin, setelah divaksin, antibodi tidak dengan segera terbentuk dalam tubuh kucing. 


Pada kucing yang sehat, baru mulai terjadi peningkatan jumlah antibodi 2-4 minggu setelah vaksinasi. Puncaknya terjadi beberapa minggu setelah kenaikan tingkat kekebalannya dimulai, setelah itu tingkat kekebalannya akan berkurang perlahan-lahan. Walaupun telah mencapai puncak, jumlah/titer antibodi yang dihasilkan biasanya belum cukup untuk melindungi kucing dari penyakit. Oleh karena itu perlu vaksin booster/ulangan sekitar 1 bulan setelah vaksin pertama. 



Sesuai namanya booster (vaksin ulang) akan menyebabkan jumlah antibodi menjadi lebih banyak dalam waktu yang relatif lebih cepat daripada vaksin pertama. 



Antibodi yang terbentuk setelah vaksin kedua biasanya cukup untuk melindungi kucing dari penyakit. Setelah mencapai puncak, secara perlahan-lahan jumlah antibodi akan berkurang. Waktu berkurangnya antibodi yang dihasilkan setelah vaksin ulangan biasanya jauh lebih lama daripada vaksin pertama. 



Ada 2 alasan utama mengapa anak kucing perlu divaksin dua kali/booster :

  • Pertama, sistem kekebalan aktif (yang berasal dari tubuh sendiri) belum kuat, sehingga antibodi yag dihasilkan dari vaksin pertama biasanya jumlahnya belum cukup. 
  • Kedua, anak kucing masih mempunyai kekebalan pasif (antibodi maternal) yang berasal dari induk. 

Jadi jangan lupa, terhadap jadwal vaksinasinya, termasuk booster (vaksinasi ulang)


7. Periodontal : Penyakit Pinggiran Gigi Kucing
Periodontal berasal dari dua kata yunani yaitu Peri yang berarti pinggiran atau sekitar, dan dontal yang berarti gigi. Penyakit periodontal adalah gangguan pada gigi dan daerah sekitarnya yang biasanya disertai peradangan. Penyakit ini dapat mengganggu jaringan penahan yang terdapat di sekitar gigi, akibatnya gigi menjadi goyah dan mudah lepas. 


Perkembangan penyakit periodontal. 

Bakteri dan sisa-sisa makanan tertinggal dan menumpuk disekitar perbatasan gigi membentuk plak. Bila plak tidak segera dibersihkan, mineral dan senyawa yang berasal dari air liur akan bereaksi dan menyebabkan plak menempel lebih kuat ke pinggiran gigi dan membentuk tartar gigi dalam waktu 3-5 hari sejak plak terbentuk. Tumpukan tartar dapat mengiritasi gusi dan menyebabkan peradangan pada gusi (gingivitis). Radang gusi terlihat dari gusi yang berwarna merah tua di daerah perbatasan dengan gigi. Tartar juga menyebabkan bau mulut yang tidak sedap. 



Tartar berkembang membentuk Calculus/karang gigi, menumpuk di antara gigi dan gusi dan merangsang perkembangan bakteri di daerah tersebut. Selain menyebabkan radang gusi, bakteri bersama senyawa sisa-sisa bakteri dapat menyebabkan rusaknya gigi. Pada tahap ini kerusakan bersifat permanen dan biasanya gigi tidak dapat kembali normal seperti sedia kala. Keadaan ini disebut penyakit periodontal dan bila tidak segera diatasi dapat berlanjut menjadi rasa sakit, gigi longgar, abses dan infeksi yang menyebar ke seluruh badan. Lebih lanjut lagi, tulang rahang bisa berlubang-lubang dan rusak. 


Tanda-tanda penyakit periodontal. 

Dalam perkembangan penyakit, beberapa gejala seperti berikut bisa saja muncul : 

  • Cairan/lelehan nanah disekitar gigi
  • Nafas berbau busuk berkepanjangan
  • Gusi yang mudah luka dan berdarah
  • Daerah sekitar mulut sakit atau sensitif bila di pegang
  • Mencakar-cakar daerah sekitar mulut
  • Gusi yang bengkak, berwarna merah atau bentuknya tidak normal
  • Gigi longgar atau lepas
  • Hilangnya nafsu makan
  • Gangguan pencernaan
  • Air liur menetes
  • Kesulitan mengunyah atau makan
Pengobatan. 
Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi penyakit ini tergantung derajat keparahan penyakit. Pada tahap awal, biasanya hanya diperlukan pembersihan karang gigi yang lazim disebut Scalling. Scalling gigi kucing diakukan dengan kucing dalam keadaan terbius total. Dianjurkan untuk melakukan scalling rutin 1-2 kali setiap tahunnya. kucing tua atau mengalami gangguan ginjal/hati sebaiknya tidak dibius karena berbahaya bagi kucing itu sendiri. Pada tingkatan lebih parah, diperlukan tindakan operasi seperti cabut gigi atau membuang sebagian jaringan gusi yang sudah rusak parah (gingivectomy). 



Pencegahan. 

Apapun jenis makanan kucing, baik itu makanan basah/kalengan ataupun makanan kering, gigi kucing perlu dibersihkan minimal 2 kali dalam seminggu. Scalling/pembersihan gigi rutin dapat dilakukan 1-2 kali dalam setahun. Dilakukan oleh dokter hewan dalam keadaan kucing terbius total. Bagaimanapun juga sikat gigi rutin lebih baik untuk pencegahan daripada scalling yang membutuhkan biaya relatif lebih banyak. 



8.Penyakit Cacing pada Kucing 
Cacing merupakan endoparasit (parasit yang hidup dalam tubuh) yang dapat menyerang kucing, anjing, dan hewan lainnya. Sebagian besar kucing yang terinfeksi tidak memperlihatkan gejala. Kucing banyak makan tetapi tetap kurus atau perut buncit merupakan salah satu gejala cacingan. Gejala lainnya bisa berupa adanya cacing berbentuk seperti lidi atau pita tipis berwarna putih pada kotoran atau muntah kucing. Cacing dapat menyebabkan gangguan pencernaan, anemia, kekurangan gizi atau komplikasi lainnya. Anak kucing yang baru lahir dapat tertular cacing dari induknya. Anak kucing yang terserang cacingan dapat mengalami diare berkepanjangan, terhambat pertumbuhannya atau mati karena kekurangan cairan (dehidrasi) dan kekurangan gizi. 



Sebagian besar cacing menular melalui telur yang biasanya terdapat pada kotoran kucing. Beberapa jenis cacing dapat menular melalui pinjal (kutu kucing) atau tikus. Ada 2 jenis cacing yang sering menyerang kucing, yaitu cacing gelang (gilig) dan cacing pita. 

  • Sesuai dengan namanya cacing gelang berbentuk seperti batang berwarna putih atau krem dengan ekor dan kepala meruncing. Panjang cacing bervariasi mulai dari beberapa milimeter hingga puluhan centimeter. 
  • Cacing pita berbentuk seperti pita putih atau krem dengan diameter beberapa milimeter. Panjang cacing pita pada kucing bisa mencapai 70 cm. 

Cacing-cacing di atas dapat merugikan kucing dengan cara menghisap nutrisi makanan yang terdapat di usus atau menggigit dinding usus dan menghisap darah yang terdapat di usus. Luka-luka akibat gigitan cacing dapat menyebabkan infeksi pada dinding usus. Beberapa jenis cacing hidup dan berkembang di pembuluh darah sehingga dapat menyebar ke seluruh tubuh dan menyebabkan gangguan pada jantung, otak, hati atau organ lain. 

8.1. Cacing Pita : Perusak Usus dan Pencuri Makanan
Pinjal Kucing adalah salah satu parasit kucing yang dapat menyebarkan cacing pita. Segera basmi pinjal dan beri obat cacing secara berkala. Kucing yang terkena serangan cacing pita biasanya jarang sekali menunjukkan gejala sakit. Cacing dapat saja menyebabkan mencret, kadang-kadang disertai bercak darah. Pada kasus yang parah dapat menyebabkan kurang gizi, kurus, infeksi usus, dan gangguan pencernaan seperti usus tersumbat. Sekitar 1-60 % dari seluruh populasi kucing terserang cacing ini. Oleh karena itu pencegahan dengan pemberian obat cacing rutin adalah cara terbaik menghindari serangan cacing. 



Anak kucing yang baru lahir dapat tertular cacing dari induknya. Anak kucing yang tertular biasanya mengalami diare (mencret) berkepanjangan. Akibatnya pertumbuhan menjadi terganggu sehingga anak kucing bisa mati karena dehidrasi dan kekurangan gizi. Ada beberapa spesies cacing pita yang sering terdapat di pencernaan kucing, yaitu : Dipylidium caninum, Taenia taeniaeformis dan Echinococcus multilocularis. Sesuai namanya, cacing pita berbentuk pipih seperti pita dengan warna putih atau krem. Cacing pita di pencernaan kucing dapat mencapai panjang 70 cm. 



Cacing pita mempunyai kepala (scolex) dengan beberapa mulut penghisap yang berfungsi menghisap darah dan zat-zat makanan yang terdapat di usus kucing. Di kepala cacing pita terdapat rostellum, berbentuk seperti kikir bergerigi yang berfungsi sebagai jangkar. Rostellum ini menancap di dinding usus kucing dan menyebabkan luka pada usus kucing. 


Badan cacing pita terdiri dari banyak segmen. Setiap segmen merupakan satu unit reproduksi fungsional. Segmen paling dewasa terdapat di ekor cacing pita. Bila telah matang segmen ini lepas dan mengeluarkan 5-30 telur cacing. Cacing pita bisa melepaskan 1 segmen dewasa setiap hari. 

Segmen cacing yang matang akan melepaskan diri dari induknya dan keluar melalui kotoran. Dalam segmen ini terdapat telur cacing. Telur dalam segmen dapat bertahan selama beberapa bulan di daerah yang kering. Segmen yang kering berbentuk seperti butiran beras. Segmen/telur cacing jatuh ke lantai atau alas tempat tidur kucing. Telur pinjal (kutu kucing) yang juga menetas di tempat yang sama akan menghasilkan larva, larva tersebut akan memakan telur cacing. Dalam tubuh pinjal, telur cacing berkembang menjadi cysticercoid. Cysticercoid akan berpindah ke tubuh kucing bila pinjal menggigit dan menghisap darah kucing. Dalam tubuh kucing, cysticercoid akan berkembang menjadi cacing pita dewasa dan kembali menghasilkan telur. 



Pengobatan dan Pencegahan 

Cacing pita hanya bisa dibasmi dengan obat cacing yang mengandung Prazyquantel, dichlorphen atau febendanzole. Semua kucing harus diberi obat cacing, bila pada salah satu kucing positif terdapat cacing pita. Semua kucing harus diberi obat anti kutu, bila pada salah satu kucing positif terdapat pinjal. Berikan obat anti kutu dan obat cacing secara rutin untuk pencegahan.


8.2. Cacing Gelang
Ada banyak spesies cacing gelang yang dapat menyerang kucing. Yang paling sering adalah Toxascaris leonina dan Toxocara cati. Cacing gelang berbentuk seperti tambang, dengan bagian ekor dan kepala yang lebih kecil dari bagian perut. Cacing ini jarang menyebabkan penyakit yang parah pada kucing dewasa. Pada anak kucing sering menyebabkan kurus tetapi perut buncit, kurang nutrisi dan mencret (kadang disertai bercak darah). Pada beberapa kasus terjadi penumpukan sejumlah besar cacing dan menyebabkan usus tersumbat. 



Toxocara cati paling sering menyerang kucing bila dibandingkan cacing gelang lainnya. Pada kondisi tertentu telur cacing ini dapat bertahan selama 1 tahun di lingkungan kering. Larva cacing bisa masuk ke hati, bergerak ke paru-paru terus menuju ke trachea di tenggorokan dan masuk kembali ke perut melalui saluran makanan (esofagus). Pada saat perpindahan di tenggorokan ini, kucing sering menunjukkan gejala batu-batuk dan muntah. Pada muntahannya kadang-kadang terdapat cacing. Sebagian besar hidup cacing gelang berada di dalam tubuh kucing. Telur yang dihasilkan cacing dewasa dikeluarkan melalui kotoran. Telur cacing sangat resisten dan dapat bertahan dilingkungan kering. Telur cacing ini dapat rusak bila terkena larutan Hypoclorit (Pemutih) selama 10 menit. Selain melalui telur cacing yang dikeluarkan lewat kotoran, induk kucing juga dapat menulari anaknya lewat air susu. Tikus juga dapat berperan dalam menyebarkan dan menularkan cacing. 



Untuk mengetahui apakah kucing terserang cacing atau tidak, biasanya dengan memeriksa contoh kotoran kucing di bawah mikroskop. Pemeriksaan ini biasa dilakukan oleh dokter hewan. Pada kotoran kucing tersebut akan terlihat adanya telur cacing. Terlepas ditemukan atau tidaknya telur cacing pada kotoran kucing, pemberian obat cacing sebaiknya dilakukan secara rutin dan berkala. Sebagian besar cacing gelang mempunyai siklus hidup yang mirip. Kebanyakan telur cacing menetas dalam waktu dua minggu. Obat cacing membasmi cacing dengan cara merusak sistem syaraf cacing. Obat cacing tidak bisa membasmi telur cacing karena telur tidak mempunyai sistem syaraf. Oleh karena itu pemberian obat cacing harus diulang 2 minggu kemudian agar cacing yang berasal dari telur yang baru menetas dapat segera dibasmi dengan tuntas. Kebanyakan cacing gelang dapat dibasmi oleh obat cacing yang mengandung bahan aktif pyrantel, febendazole, mebendazole atau piperazine.



Tuntas Membasmi Cacing
Agar dapat dengan tuntas membasmi cacing, diperlukan pengetahuan mengenai siklus hidup cacing dan cara obat cacing bekerja. Cacing pita mempunyai siklus hidup dan cara penyebaran yang berbeda dengan cacing gelang. Lihat cacing pita pada kucing dan cacing gelang 


Cara Kerja Obat Cacing. 

Sebagian besar obat cacing hanya dapat membasmi cacing dengan jalan merusak sistem syaraf cacing. Obat cacing tidak membasmi telur cacing. Oleh karena itu, pemberian obat cacing perlu diulang dalam jangka waktu tertentu agar cacing yang baru menetas dari telur dapat segera dibasmi sebelum menjadi dewasa dan menghasilkan telur cacing baru. 



Jenis Obat Cacing Dan Targetnya. 

Obat cacing yang mengandung bahan aktif pyrantel, febendazole, mebendazole dan febantel hanya dapat merusak sistem syaraf cacing gelang. Obat-obat ini tidak berpengaruh terhadap cacing pita. Obat lain yang sering digunakan untuk membasmi kutu (pinjal) dan tungau (scabies, demodex, dll) adalah suntikan ivermectin. Obat ini sering salah kaprah disebut "suntik jamur". ivermectin juga dapat digunakan untuk membasmi cacing gelang, tetapi tidak berpengaru terhadap cacing pita . Sedangkan cacing pita pada kucing hanya dapat dibasmi dengan obat yang mengandung prazyquantel atau dichlorphen. 



Obat Cacing Yang Terdapat Di Pasaran. 

  • Combantrin (pfizer) : mengandung bahan pyrantel, hanya dapat membasmi cacing gelang, dapat dibeli di apotik
  • Vermox : mengandung bahan mebendazole, hanya dapat membasmi cacing gelang, dapat dibeli di apotik.
  • Drontal Cat (bayer) : mengandung bahan pyrantel dan prazyquantel, Paling baik digunakan pada kucing, Dapat membasmi cacing pita dan cacing gelang, Bisa dibeli di petshop atau dokter hewan.
  • Drontal Plus (bayer) : mengandung bahan prazyquantel, pyrantel dan febantel. Biasa digunakan pada anjing, bisa juga diberikan pada kucing (dosis disesuaikan). JANGAN diberikan pada kucing yang sedang bunting !. Febantel dapat menyebabkan cacat pada janin kucing.
Konsultasikan dosis masing-masing obat cacing pada dokter hewan terdekat. Hindari sebisa mungkin memberikan obat cacing pada kucing bunting ( hamil). Pemberian obat cacing sebaiknya dilakukan sebekum kucing kawin atau setelah melahirkan. 


Rekomendasi program rutin pemberian obat cacing (pencegahan). 

  • 2-4 kali setahun, setiap pemberian obat diulang dua minggu kemudian. Frekuensi pemberian tergantung kondisi kucing dan lingkungan. Kucing yang biasa bermain di kebun atau outdoor sebaiknya lebih sering diberi obat cacing. 
  • Selalu menjaga kebersihan litter (pasir kucing), ganti dengan yang baru. Usahakan satu kucing satu kotak pasir. 

Rekomendasi program membasmi cacing pita D. caninum (bila kucing positif terinfeksi).

Cacing pita D. caninum dapat menyebar melalui gigitan pinjal (lihat cacing pita). Oleh karena itu program pemberian obat cacing harus berjalan bersamaan dengan program pembasmian pinjal kucing. Obati semua kucing yang berada dalam satu ruangan (meskipun berbeda kandang), karena pinjal dapat pindah ke kucing lain yang berbeda kandang.  Pemberian obat cacing (drontal/prazyquantel) dilakukan bersamaan dengan obat anti kutu seperti frontline cat spot on (obat tetes) atau suntikan ivermectin. Dilakukan 2-3 kali berturut-turut dengan selang waktu 3-4 minggu.



Referensi :

  • drh. Neno Waluyo S. 
  • Merck veterinary manual 7th edition 
  • Five minutes veterinary consult, Lipincott & Williams 
  • Five Minutes Veterinary Consult 
  • Vetstream Felis 
  • The Merck Veterinary Manual 7th ed 

2 comments:

  1. thanks, sangat bermanfaat. kucing kami lagi sakit flu sepertinya

    ReplyDelete
  2. Kucingku abis di rawat inap karna radang gusi, akan tetapi setelah q bawa pulang dy masih malas makan. jadinya aq semakin khawatir nnt dy semakin lemas.
    trus dy suka jilatin kelaminnya. kurang tahu kenapa, apakah dy lagi menstruasi atau bagaimana.. karna pas q lap pake tisu ada darahnya.

    Tolong solusinya bagaimana
    selain saya bawa kembali ke klinik apakah ada penanganan yang bisa saya lakukan sendiri

    ReplyDelete